PATI, INFODESAKU – Berbeda dengan yang dikatakan oleh Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Pati Sanusi Siswoyo, bahwa penyebab banjir di Kabupaten Pati hari ini (28/1/2019) disebabkan karena pendangkalan sungai, masyarakat menilai bahwa banjir lebih besar diakibatkan oleh adanya aktifitas penambangan di pegunungan Kendeng.
“Untuk Desa Srikaton, mungkin bisa jadi dikarenakan akibat pendangkalan sungai. Namun yang di Desa Slungkep, setiap hujan lebat bisa dipastikan terjadi banjir. Hal ini dikarenakan adanya penambangan galian C yang dilakukan CV. Berkah Alam Asri,” kata Djumadi, warga RT.03 /RW.01 Desa Srikaton, Kecamatan Kayen kepada Infodesaku, Senin (28/1/2019) sore.
Djumadi yang seorang pengusaha meja belajar menambahkan bahwa dalam banjir yang terjadi hari ini Senin (28/1/2019) dirinya menderita kerugian mencapai puluhan juta rupiah.
“Iya, karena terendam air akhirnya bahan dan meja belajar siap jual saya banyak yang rusak, Mas. Padahal omset perbulan kemarin sudah mencapai 140 juta. Untuk jangkauan pasarnya, biasanya saya kirim ke Yogyakarta, Blora, Cepu, Rembang, Semarang, Purwodadi, Pati, Kudus, Jepara, Demak, Klaten, Solo, Kendal, Jakarta dan Papua,” terangnya.
Djumadi menerangkan bahwa banjir kemarin mulai datang sekitar pukul 03.00 WIB dini hari. Hal itu lantaran curah hujan yang cukup tinggi pada Minggu (27/1/2019).
“Seingat saya, kemarin sekitar pukul 03.00 WIB, air mulai masuk ke pemukiman. Hingga siang hari ratusan rumah yang ada di beberapa desa di Kecamatan Kayen akhirnya terendam banjir. Di antaranya di Desa Trimulyo, Desa Kayen, Desa Slungkep, Desa Jatiroto dan Desa Sumbersari.
Menurutnya, di tahun 2018 kemarin ada sekitar 8 kali banjir. Tapi di awal tahun 2019 ini lebih parah.
“Yang tahun 2019 ini lebih parah daripada tahun-tahun kemarin, Mas. Mungkin karena selain ada di Desa Slungkep, Kecamatan Kayen, penambangan galian C lainnya juga ada di Kecamatan Sukolilo seperti di Desa Gadudero, Desa Kedungwinong dan Desa Wegil,” tandasnya.
Tidak hanya pemukiman warga saja yang terendam banjir, namun lahan pertanian yang sudah siap panen seperti di Desa Gadudero dan Desa Kasian juga terendam banjir.
Dari data JM-PPK (Jaringan Masyarakat Peduli Pegunungan Kendeng), diperkirakan banjir yang menggenangi areal pertanian masyarakat dari beberapa desa yang terdapat di dua kecamatan yaitu Kayen dan Sukolilo diperkirakan seluas 300 hektar.
“Akibat banjir iki, seko wilayah Baleyadi, Wotan, Baturejo, Gadudero, Srikaton sing gagal panen sekitar 300 hektar, Mas. Nek diitung 1 hektar rugine 20 juta, dadi nek 300 hektar nilai kerugiane total 6 milyar (Akibat banjir ini, dari wilayah Baleyadi, Wotan, Baturejo, Gadudero, Srikaton yang gagal panen sekitar 300 hektar, Mas. Kalau dihitung 1 hektar nilai kerugiannya sebesar 20 juta, maka dalam 300 hektar nilai kerugian total sebesar 6 milyar,” ungkap Gunarto, aktifis JM-PPK yang sekaligus juga seorang petani.
Sementara itu, hingga berita ini diturunkan, mantan Ketua Pansus Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Jawa Tengah Abdul Aziz ketika dihubungi belum memberikan jawaban.
“Masih rapat, Mas,” jawabnya singkat melalui pesan WhatsApp.
Laporan: INDES JATENG/ Eko Arifianto