Tari Rasekso Desa Salamrejo, Tarian Khas Adat Yang Terus Dilestarikan

BLITAR, INFODESAKU – Tetabuhan gamelan yang terdiri kendang, tiga kentongan dan jedor mengiringi kegiatan gladi atau latihan rutin warga masyarakat Desa Salamrejo dalam melestarikan tarian khas adat dan budaya asli dari Desa Salamrejo yang masuk wilayah Kecamatan Binangun di Kabupaten Blitar, dimana terlihat warga masyarakat desa yang kebanyakan para pemuda desa bersemangat menguri – uri budaya dengan berlatih tarian kebanggaan mereka yang sudah seharusnya terus dilestarikan.

Dalam informasi yang disampaiakan kepada Reporter InfoDesaku dari Kepala Desa Salamrejo, Fauzi saat memberikan keterangan rinci tentang sejarah asal mula Tari Rasekso, menjelaskan bahwa tarian ini merupakan tarian khas adat budaya asli dari Desa Salamrejo dan pada Juni beberapa waktu lalu telah ditampilkan dalam gelaran Ritual Adat Budaya di Desa Salamrejo secara kolosal telah ditampilkan 150 penari yang menari bersama – sama pada acara tersebut.

” Sejarah asal mula Tari Rasekso Desa Salamrejo memang diciptakan oleh sesepuh desa yaitu Mbah Sirun dan Mbah Unus, dimana keduanya adalah orang yang mempunyai daya kebatinan yang kuat tentang ilmu supranatural, dimana pada tahun 1942 pada masa penjajahan Jepang beliaunya melihat bahwa saat itu masyarakat sangatlah tersiksa, mereka dibohongi dan dikerja paksakan sebagai Romusha; bahkan siapapun yang dikerja paksakan oleh Jepang hanya tinggal tinggal nama atau dibunuh supaya penjajah lebih leluasa menguasai Bumi Pertiwi “, jelas Kades Salamrejo.

Ketika Mbah Sirun dan Mbah Unus mengetahui tentang keadaan masyarakat yang tersiksa lantas beliau berdua bersemedi dengan heningnya untuk meminta kepada Sang Hyang Agung agar supaya mereka yang dikerja paksakan serta seluruh masyarakat Desa Salamrejo khususnya diberi keselamatan dan dihindarkan dari mara bahaya. Ditengah heningnya malam saat beliau bersemedi untuk menyatukan hati dan pikiran mereka; tiba – tiba melihat lautan luas, gunung serta cahaya putih bersinar terlihat penampakan begitu banyaknya orang yang bermacam – macam rupa, beliau berdua terdiam dan berpikir apa maksud dari penampakan hal – hal tersebut.

Tibalah saatnya pada tahun 1943 saat warga masyarakat Desa Salamrejo diseret oleh tentara Jepang untuk dikerja paksakan tetapi tujuannya untuk dibunuh, dan saat itu masyarakat desa sangat ketakutan, dan merekapun mengadu kepada Mbah Sirun dan Mbah Unus bagaimana nasib mereka nanti. Lalu dijawablah oleh beliau ” ILINGO MARANG GUSTI SUPOYO KABEH BISO URIP SLAMET LAN DIDOHNO SOKO MOLO PETOKO ”

Karena beliau merasa yakin bahwa semua akan baik – baik saja, dan memang benar ketika kita sering menyatu dengan semesta maka distulah Tuhan akan selalu peduli dan melindungi umatnya. Dan pada akhirnya sampailah mereka di laut selatan, banyak orang yang disiksa oleh tentara Jepang dan banyak dari mereka yang gugur dalam kerja paksa tersebut. Lalu entah apa yang dihidayahkan oleh Tuhan YME kepada Mbah Sirun dan Mbah Unus, tiba – tiba tanpa disadari mereka dan beberapa warga masyarakat Desa Salamrejo bisa selamat dari tentara Jepang tetapi mereka merasakan ada hal aneh tidak merasa ada dilautan tetapi seperti didaratan dan terasa ada sosok makhluk yang membantu menyelamatkan mereka dan kesemuanya pastilah kehendak Tuhan YME.

Ketika Mbah Sirun, Mbah Unus dan masyarakat Desa Salamrejo dalam perjalanan pulang mereka melewati hutan belantara dimana banyak hewan – hewan buas serta tergolong hutan yang angker; Beliau melihat begitu banyaknya gerombolan manusia entah itu manusia sungguhan atau bukan yang sedang berkumpul melakukan tarian khas yang begitu unik dan menarik, kemudian ada tiga sosok kesatria yang muncul dan berkata ” GOWONEN, URI – URINEN. MBESOK YEN ONO REJANE JAMAN DESOMU BAKAL ONO SEJARAH LAN BAKAL TERUS NGEMBAN ONO DESOMU UGO NJOGO SUPOYO DESOMU AYEM TENTREM. IKI KABEH TERONO SAKING TITIPANE KELUHUR LAN RESTUNE GUSTI KANG MOHO AGUNG “.

Kemudian tarian itu oleh beliau dibawa pulang ke Desa Salamrejo dan mulai diajarkan pada sebagian kecil masyarakat desa yang pada waktu hanya sampai dua puluh orang saja, Lalu Mbah Unus sebagai sesepuh desa atau sebagai Empu yang mengendalikan traian tersebut serta ada Mbah Gondrong beliau adalah masyarakat yang pada masa itu dijadikan sebagai ratu atau pimpinan pasukan yang diemban oleh tiga kesatria.

Seiring berjalannya waktu akhirnya tarian tersebut banyak diminati oleh masyarakat Desa Salamrejo karena walaupun perwujudan tarian tersebut adanya sosok raksasa ( buto, Red ) dalam tarian tersebut akan tetapi bisa dimaknai bahwa dari perwujudan manusia seperti sosok raksasa yang punya hati mulia yang suka menolong sesama; dan pada akhirnya tarian tersebut dinamakan Tari Rasekso dimana dalam tarian tersebut ada peran seorang ratu, dua orang patih dan ratusan bahkan ribuan prajurit dan sampai saat ini terus dilestarikan dan diakui serta dijadikan tarian khas adat Desa Salam Rejo. ( Hen/Ich )

Related posts

Ritual Metri Kali Brantas di Selokajang : Doa dan Larung Sesaji Dalam Merawat Tradisi dan Melestarikan Adat Budaya

Jaga Warisan Budaya Leluhur Pemkab Sukabumi Memili Program Membumikan Pencak Silat

Lewat Pagelaran Wayang Golek, Pj. Bupati Bogor Ajak Masyarakat Gunakan Hak Pilihnya Pada Pemilu 2024