Tingkatkan Kualitas SDM Pariwisata di Banten, Kemenpar Bersama Disbudpar Provinsi Banten Selenggarakan Workshop Sadar Wisata dan Sapta Pesona di Cilegon

CILEGON, INFODESAKU – Dengan tujuan meningkatkan sadar wisata dan partisipasi masyarakat dalam kegiatan pariwisata, Kementerian Pariwisata (Kemenpar) RI bekerjasama dengan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Provinsi Banten menggelar acara workshop Sadar Wisata dan Sapta Pesona yang bertempat di Hotel Amaris, Cilegon, Sabtu kemarin (24/08).

Kegiatan ini dihadiri oleh 50 peserta yang berasal dari perwakilan Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis), Genpi, dan berbagai komunitas lain.

Dalam sambutannya Kepala Disparprov Banten, Eneng Nurcahyati, mengungkapkan bahwa Banten masih membutuhkan banyak sumber daya pariwisata yang mumpuni untuk mengolah sekian banyak destinasi wisata di Provinsi Banten, salah satunya di Kota Cilegon.

“Apa sih yang ngga ada di Banten. Persawahan kita punya. Indah, teraseringnya ngga kalah dengan di Bali. Lalu laut dan pantai juga kita punya. Belum lagi wisata reliji, wisata sejarah dan wisata buatan yang akhir-akhir ini sedang bermunculan. Tapi tentu saja untuk bisa mengelola destinasi yang banyak dan beragam ini Banten harus mempunyai SDM pariwisata yang mumpuni,” ungkapnya.

Senada dengan Eneng, Wisnu Bawa Tarunajaya, Asdep Pengembangan SDM Pariwisata dan Hubungan Antar Lembaga Kemenpar sebagai salah satu narasumber mengungkapkan bahwa SDM memegang kunci penting dalam pariwisata sehingga SDM yang mumpuni mutlak dibutuhkan untuk memajukan pariwisata.

“Di Kemenpar kita punya budaya kerja. Be the Winner, ini mengenai perilaku kita. Kalo mau sukses itu harus bagaimana. Lalu Be the Star, kaitannya dengan nilai atau values yang tertanam dalam diri kita, dan terakhir adalah Be the Best, bagaimana keyakinan dalam diri kita berperan sebagai pendorong terhadap kesuksesan yang kita raih,” ujarnya.

Narasumber dari Sekolah Tinggi Pariwisata (STP) Trisakti, Rina Fitriana, menyatakan bahwa masyarakat Banten memiliki keunikan dan permasalahannya sendiri. Sebagai wong Banten asli, Rina menyatakan prihatin dengan image Banten yang keras dan menakutkan, padahal di sisi lain masyarakat Banten terkenal dengan relijius.

“Yang terkenal dari kita itu jawaranya, ilmu kleniknya. Kesannya menakutkan. Padahal Wong Banten itu sebenernya kayak kepiting. Keras dan tangguh di luar, tapi perasa dan lembut di dalam. Sehingga kalau bicara, ya harus bicara dari hati. Hal utama yang ada di hatinya orang Banten itu keyakinannya, agamamya. Jadi kalo mau mendidik, termasuk dalam hal pariwisata, ya pakailah pendekatan agama. Misalkan dengan mengatakan bahwa senyum itu sedekah sesuai dengan yang diajarkan dalam Islam,” katanya menjelaskan.

Selain pemaparan dari para narasumber, peserta juga diberi kesempatan berdialog dengan para narasumber dalam sesi tanya jawab. Sesi ini digunakan peserta yang dengan antusias menanyakan berbagai permasalahan pariwisata yang ditemukan di Provinsi Banten.

Laporan : EPF