Wisata Bukit Cinta Hijau Masih Ngambang

SUKABUMI, INFODESAKU – Sempat viral di media sosial dan ramai di perbincangkan oleh warga net baik dari dalam kota maupun luar kota, Legalitas tempat wisata Bukit Cinta Hijau yang terletak di Desa Pulosari, Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten Sukabumi hingga kini masih belum jelas.

Padahal keberadaan objek wisata bukit cinta hijau tersebut dapat ikut mendongkrak perekonomian warga sekitar. Namun, pihak pengelola mengaku belum adanya surat atau kekuatan dari pihak pemerintah desa Pulosari.

“Hanya baru lisan saja, sehingga bagi kami setengah ngambang untuk mengurus BCH. Padahal kami sangat antusias memajukan wisata disini. Jika kami di fasilitasi pihak Pemdes banyak pengembangan yang telah kami rencanakan sebelumnya untuk memajukan wisata desa dengan menjaga lingkungan,” tegas pengelola BCH, Aripin kepada Infodesaku.

Lanjut ia, tempat wisata ini sendiri terwujud dari inisiatif warga membuat taman BCH (Bukit Cinta Hijau) dengan tanaman berbentuk love yang akhirnya membuat viral di daerah setempat bahkan keluar kota.

“Begitu ada wisata otomatis ekonomi masyarakat terangkat. Kemudian tujuan saya sebagian besar warga disini petani maka kami ingin arahkan untuk menanam tanaman organik. Hal tersebut di lihat dari segi penjualan dan kesehatan selain itu juga pengunjung bisa memetik langsung. Kemudian hasil kerajinan di desa kami akan dijajakan sebagai salah satu bentuk oleh-oleh,” ungkapnya.

Ditemui terpisah, Eko A Pujiarto Kepala Desa Pulosari saat di konfirmasi menjelaskan, setelah di tinjau ke lapangan oleh BPD, LPM dan prangkat desa ternyata memang ada potensi alam yang bisa dikembangkan. Apalagi semangat anak-anak muda dan masyarakat disitu, bahkan pengelola juga sudah terbentuk.

“Sementara kami berpikir harus legal dengan melibatkan elemen-elemen tertentu, mau tidak mau ketika berbicara potensi wisata perlu juga dorongan dari investor,” imbuhnya.

Kemudian, masih kata Eko, ada konsep lebih jelas, sementara ini belum mengakses kesana karena dasar aksesnya belum muncul masih swadaya masyaraka. Kita coba di tahun berikutnya hasil musren desa kita tuangkan dalam perencanaan desa, mudah-mudahan nanti hasilnya di kedusunan tersebut bisa beriringan.

“Kami melihat geliat masyarakat dulu khususnya kepengurusan kepemudaan atau pengelola, di tahun depan masih bertahan apa tidaknya. Nanti kita coba support dari anggaran desa, dari aksesnya harus di benahi dulu agar tidak terhambat dan keselamatan pengunjung. Mencoba di garap dulu di infrastruktur akses jalannya untuk tahun sekarang belum bisa karena terlambat dari musdusnya kita coba di musrenbang dengan para tokoh masyarakat biar mana dulu yang di prioritaskan,” pungkasnya.

Laporan : DEV

Related posts

Soleh Sohih, Penggerak Literasi Nasional

Tanah Jampea di Kepulauan Selayar Pulau Bergelimang Potensi Yang Tak ‘Terjamah’

Kopi Dukuh Tumbuh di Silayung Park Cibatu