Teuku Taufiqulhadi, MSi. Sang penggagas Al-Qur’an digital

INFODESAKU – Teuku Taufiqulhadi atau yang biasa dipanggil akrab Kang Taufiq, kelahiran Sigli Aceh, 17 November 1960, putra kedua dari tujuh bersaudara.

 

Taufiqulhadi menempuh pendidikan Sekolah Dasar (SD) di Sigli sedang Sekolah Menengah di Banda Aceh. Setelah lulus dari SMA, ia masuk ke Universitas Jember, Jember, pada 1982. Di kampus ini ia belajar di Jurusan Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (FISIP), hingga lulus pada tahun 1986.

 

Taufiqulhadi melanjutkan pendidikannya di Program Pascasarjana Ilmu Politik Universitas Indonesia pada tahun 2007 dan lulus pada tahun 2009. Saat ini Taufiqulhadi sedang menjalani program doktoral Ilmu Politik di FISIP Universitas Padjadjaran (UNPAD) Bandung.

 

Kiprah Taufiqulhadi sebagai aktivis Islam dimulai sejak masih menjadi pelajar dengan bergabung Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) dan selanjutnya bergabung dengan Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Jember tahun 1982. Di HMI inilah Taufiqulhadi dipercaya menjadi Ketua Umum HMI Cabang Jember Komisariat Fisipol UNEJ tahun 1984 dan terpilih sebagai Ketua Umum HMI Cabang Jember tahun 1986 pada Konfercab ke-10. Karier terakhir di HMI adalah Pengurus Besar HMI periode tahun 1989 – 2000.

 

Selain di Komisi III DPR RI (bidang Hukum, Hak Asasi Manusia dan Keamanan), peran Taufiqulhadi sebagai wakil rakyat saat ini semakin besar dengan diberikan amanah untuk menjadi Anggota Badan Anggaran DPR RI sebuah badan yang sangat penting dalam pembangunan nasional karena bertanggung jawab mendampingi eksekutif dalam bidang anggaran negara. Bersama dengan Kapolri, Jaksa Agung, Menteri Hukum dan HAM dan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Taufiqulhadi mengawal penegakan supremasi hukum nasional. Taufiqulhadi dikenal aktif dan lantang dalam mendukung penuh pemberantasan korupsi di negara Indonesia.

 

Sebelum menjabat Anggota DPR RI, Taufiqulhadi pernah mengajar di perguruan tinggi negeri terkemuka, yakni sebagai dosen luar biasa mata kuliah Politik Luar Negeri Timur Tengah di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

 

Dalam hal urusan keluarga, Taufiqulhadi adalah seorang Family Man, sangat menyayangi istri dan ketiga anak-anaknya. Bagi Kang Taufiq, keluarga adalah amanah dari Allah SWT.

 

Di bidang Dakwah, Taufiqulhadi dikenal sebagai anggota DPR RI pertama dan satu-satunya penggagas Alquran Digital di Indonesia. Aplikasi berbasis Android ini adalah satu-satunya Alquran digital yang dilengkapi dengan terjemahan Bahasa Sunda.

 

Selain bahasa Sunda, Alquran digital gagasan Taufiqulhadi ini juga dilengkapi dengan terjemahan 11 bahasa daerah, 9 bahasa internasional, penunjuk waktu sholat dan lokasi mesjid berbasis Satelit/GPS dan Fitur Hadits Shahih. Alquran digital ini telah secara resmi diluncurkan oleh Wakil Presiden RI Bapak Jusuf Kalla dan Ketua Majelis Ulama Indonesia pada tanggal 2 Ramadhan 2017 kemarin. Acara peluncuran juga dihadiri oleh Ketua DPR RI, Ketua MPR RI, pimpinan Nahdlatul Ulama, pimpinan Muhammadiyah, jajaran menteri dan Duta Besar negara-negara sahabat yang bahasanya dipakai di dalam Alquran digital tersebut. Taufiqulhadi menggagas Alquran digital ini sebagai tanggung jawabnya di bidang dakwah Islam khususnya dakwah Alquran.

 

Taufiqulhadi juga telah menulis dua buku, yaitu:
1. Buku “Menerobos Sarajevo, Kesaksian Pembersihan Etnis di Bosnia.”
2. Buku “Satu Kota Tiga Tuhan: deskripsi Jurnalistik di Jerusalem.” Kedua buku tersebut ditulis dari hasil pengamatan langsung situasi di wilayah tersebut tentang rakyat dan konflik di negara Bosnia dan Palestina.

 

Buku-buku tersebut adalah berdasarkan pengalaman Taufiqulhadi selama berkarir hampir 20 tahun sebagai wartawan khusus di negara-negara konflik atau perang. Oleh karena itulah Taufiqulhadi dikenal oleh teman-teman sesama wartawan sebagai ‘wartawan perang’. Sebutan itu tentu saja tidak berlebihan karena Taufiq merupakan salah satu wartawan diplomatik, dan kemudian menjadi wartawan perang.

 

Dalam tugasnya sebagai wartawan perang, Taufiq meliput hampir semua perang di berbagai negara dalam dekade 1990-an. Dimulai perang saudara di Kamboja, Perang Teluk, dan Perang Bosnia 1994. Taufiqulhadi juga pernah menetap di Jerusalem selama 6 bulan untuk mengamati konflik panjang Palestina-Israel.

*RED

Related posts

Peringati Hari Kebangkitan Nasional, Camat Bilang Begini

Pemdes Bantar Jati Bersama Masyarakat Laksanakan BBGRM XX 2023 di Dua Titik

Ini Kata Kades Agom Maryono Di Akhir-Akhir Jabatannya