Silahturahmi Lebaran di Mata Sosial Dalam Budaya Sunda Dan Falsafah Pancasila

SUKABUMI, INFODESAKU – Gema takbir dan gemuruhnya shalawat semalaman diakhiri dengan shalat idul fitri. Maka selesailah bulan ramdhan yang penuh rahmat dan pengampunan itu. Semoga kita semua bisa merasakan manisnya bulan suci tahun depan.

Dimemuntum lebaran 1440 H ini. Tradisi silaturahmai dan saling memaafkan serta berbagi bingkisan dan makanan adalah sudah menjadi “ritual” teurun temurun dari jaman dahulu. Nilai nilai bijak dan luhur ini dilakukan oleh seluruh umat islam didunia dalam meryakan hari “kemenangan” selama bulan ramadhan melawan hawa nafsah yang negative. Tradisi silaturahmi dan saling memohon maaf serta saling berbagi dan peduli ini ternyata sejalan dengan perintah Allah terhadap umat muslim agar terus memberi manfaat yang baik terhadap sesama dengan menjadi umat yang pemaaf.

خُذِ الْعَفْوَ وَأْمُرْ بِالْعُرْفِ وَأَعْرِضْ عَنِ الْجَاهِلِينَ
Artinya: “Jadilah pemaaf, perintahkanlah kepada apa yang ma’ruf, serta berpalinglah dari orang-orang yang belum mengerti.” (QS. Al-A’raf ayat 199)

Merujuk pada ayat diatas jelas lah meminta maaf itu adalah dianjurkan dalam setiap kaum muslim tidak terbatas pada hari raya keagamaan saja atau istilah lainnya yaitu lebaran.

Tapi harus dilakukan setiap kita melakukan kesalah terhadap sesama atau kehilafan terhadap perintah Allah. Jadi habluminanas dan hablumminallah selalu terjaga setiap saat dengan penuh kesadaran.

Dari salah satu hadis yang menganjurkan silaturahmi adalah :
مَا مِنْ مُسْلِمَيْنِ يَلْتَقِيَانِ فَيَتَصَافَحَانِ إِلاَّ غُفِرَ لَهُمَا قَبْلَ أَنْ يَتَفَرَّقَا
Artinya: “Tidaklah dua pribadi muslim yang bertemu, lantas saling bersalaman, kecuali dosa keduanya diampuni oleh Allah SWT sebelum mereka berpisah.” (HR. at-Tirmidzi).

Fenomena silaturahmi masal ini bisa dilihat saat sekarang yang sedang pada momen lebaran ini. Mudah mudahan seluruh dosa dan khilaf kaum muslimin dan muslimat diampuni Allah SWT. aamiin.

Dari pandangan Mata Sosial. Jelas “ritual” silaturahmi ini adalah tradisi yang baik dan sehat. Dimana secara psikologis dengan kita bersilaturahmi dan memohon maaf serta berbagi dan peduli itu akan otomatis menurunnkan tensi sifat egositis serta apatis dan makin menumbuhkan rasa bersyukur kita atas nikamt dan karunia_NYA dalam diri kita.

Apalagi secara agama itu di ajnurkan maka otomatis juga akan jadi poin ibadah diluar ibadah yang super sekali dan sangat dirindukan setiap waktunya oleh kaum muslimin walmuslimat.

Riwayat riawayat tentang para sahabat nabi yang bersilaturahmi satu sama lainnya dan saling mendoakan di hari raya juga banyak di ceritakan dan di terangkan dalam kitab kitab “kuning” atau kitab kitab “gundul”. Salah satunya dalam kitab Fathul Bari Syarah Shahih al_Bukhori menyebutkan riawat para sahabat nabi tentang silaturahmi. Para sahabat nabi saling menyapa dan bersilaturahmi, saling mendoakan satu sama lainnya dengan do’a taqabbalallahu minna wa minkum seperti yang diriwiyatkan Imam Ibnu Hajar al_Asqalani dalam kitab Fathul Bari Syarah Shahih Al-Bukhori.

Disamping itu, salah satu hadis riwayat Imam al-Bukhari disebutkan bahwa Rasulullah telah bersabda diantaranya seseorang yang telah berbuat salah atau dzolim atau aniaya atau suatu kesalahan kepada saudaranya, hendaknya dengan segera meminta maaf untuk kerelaannya.

Hal ini pandangan Mata Sosial sangat sejalan sekali dengan tatanan kehidupan Sunda. Dimana nilai nilai saling asah saling asih saling asuh adalah falsafah kehidupan dari kerajaan sunda nusantara dulu pada jaman kerajaan Salaka nagara hingga masa Prabu Siliwangi.

Dimana konsep konsep sunda diterapkan akan ada efek positive pada lingkungan dan kehidupan sosial kita yang multikultural dan sangat universal sekali.

Sebagai contoh lihat saja di kampung kampung kasepuhan atau kampung kampung adat kesundaan mereka hidup rukun damai dan tak pernah kekurangan pangan serta minim sekali terpengaruh dengan dampak ekonomi nasional atau pun global.

Mereka mandiri dan sejahtera, tidak ada pencurian, tidak ada kesenjangan dan tidak ada perselisihan kalau pun ada bintik bintik itu mereka bisa diselesaikan dengan musyawarah mufakat.

Dari semua itu. Mata Soaial menilai, selain sejalan dengan nilai lilai luhur kesundaan hal ini juga sangat Pancasilais , karena sangat sejalan sekali dengan nilai nilai luhur nusantara ini yang tertuang dalam falsafah bangsa yaitu Pancasila Bhineka Tunggal Ika.

“Ritual” lebaran dari meningkatkan nilai Ketuhanan, perdaban, persatuan, permusyawaratan’ dan keadilan sosial sangat sejalan sekali dengan nilai nilai luhur pancasila kita.

Mata Sosial berharap di momen lebaran ini mari kita memper erat persatuan dan kesatuan, saling memafkan dengan tulus, saling berbagi dan peduli sesasama.

Saling berpelukannya antara politikus politikus, saling mengintropekdi dan mengevaluasi berbagai elemen pemerintahan pada kinerjanya masing masing, saling merangkul dan memahami antara oposisi dan penguasa. Untuk Indonesia yang BERKAH.

Terutama mari kita sama sama meningkatkan dan lebihb mengaplikasikan nilai nilai agama, budaya, serta nilai nilai luhur pancila yang berbhinaka tunggal ika.

Dan mesti diingat silaturahmi itu sangat dicontohkan dan dianjurkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Wallahu a’lam.

Penulis : Ruslan Raya mata sosial

Related posts

Peringati Hari Kebangkitan Nasional, Camat Bilang Begini

Pemdes Bantar Jati Bersama Masyarakat Laksanakan BBGRM XX 2023 di Dua Titik

Ini Kata Kades Agom Maryono Di Akhir-Akhir Jabatannya