Jembatan Kali Kuya Cinanas Brebes Dinilai Belum Maksimal, Ini Sebabnya

BREBES, INFODESAKU -Keberadaan Jembatan Kali Kuya yang menghubungkan Dusun Karang Gempol dan Lainnya di Desa Cinanas Kecamatan Bantar Kawung dengan Dusun Tegal Munding Desa Pruwatan Kecamatan Bumiayu Kabupaten Brebes Jawa Tengah, dinilai masih belum maksimal.

Bagaimana tidak, saat musim hujan hingga banjir besar, masyarakat sekitar yang memanfaatkannya tetap tidak bisa melintasi. Sebabnya, aliran sungai yang begitu besar dan melebar, tetap tidak terarah sesuai dengah aliran yang diarahkan ke bawah jembatan. Sehingga, masyarakat sekitar, terpaksa memutar ke alternatif jalan lainnya yang kondisinya cukup jauh dan memakan waktu.

“Kalau hujan dan banjir besar, tetap tidak bisa lewat. Airnya melebar kemana-mana tidak terarah,” ucap Ud (40) warga Cinanas, kepada wartawan, Sabtu (18/2/2023).

Menurutnya, seharusnya pemerintah segera memberikan solusi akan persoalan ini. Sehingga masyarakat tidak lagi diresahkan saat musim hujan dan banjir datang.

“Pemerintah Brebes harus segera ambil sikap. Buat solusinya, agar warga tidak resah saat banjir datang,” harapnya.

Sementara itu, Rosidin selaku Unit Pelaksana Teknis (UPT) Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air dan Penataan Ruang (PSDA PR) Bumiayu Kabupaten Brebes, memaparkan jika persoalan tersebut merupakan kewenangan pihak Pemerintah Provinsi.

“Itu kewenangan provinsi, dan yang jelas saya sudah lapor ke balai Pusdataru Pemali Comal Tegal,” ucap Rosidin.

Disinggung respon apa dari yang ia laporkan, pihaknya hanya bisa menjelaskan bahwa laporannya akan segera diteruskan ke pimpinan pihak Pusdataru Comal Tegal.

“Silahkan dari pihak PU atau Desa di dua perbatasan tersebut, bisa mengajukan usulan ke Dinas Pusdataru Provinsi Jateng. Hal ini guna untuk lebih menegaskan usulan saya,” katanya.

Kembali disinggung apakah ada respon dan akan direalisasikannya, pihaknya tidak bisa menjelaskan lebih lanjut secara merinci. Ia hanya nenyarankan, agar pihak desa yang ada di perbatasan tersebut, untuk segera melaporkan hal ini, baik ke Pusdatarau Provinsi Jateng, maupun BPBD Brebes sekalipun.

“Jadi saya tidak tahu persis kapan-kapannya adanya respon dari pihak provinsi. Intinya, saya sarankan agar sebaiknya ada laporan dari desa. Karena kalau dikaitkan itu bencana alam, ya harus melapor juga ke BPBD,” jelasnya..

Terpisah, pihak DPU Brebes melalui UPT Wilayah Bantar Kawung, Purwono menjelaskan jika persoalan tersebut merupakan jewenangan pihak pengairan dalam hal ini PSDA TARU Provinsi Jawa Tengajlh.

“Untuk penanganan sungainya, itu kewenangan  Balai  PSDA Taru Provinsi Jateng. Karena memang mekanismenya ya lewat usulan Desa  dan Dinas terkait, kami disini juga sesuai kewenanganya setiap  Musrembang selalu mengusulkanya,” tutupnya.

Sebagai informasi, diberitakan srbelumnya jika pihak Unit Pelaksana Teknis (UPT) Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air dan Penataan Ruang (PSDA PR) Bumiayu Kabupaten Brebes. Menyebut jika pembuatan Jembatan Kali Kuya Desa Cinanas Kecamatan Bantar Kawung Penghubung Desa Pruwatan Kecamatan Bumiayu, tidak melihat kondisi sungai yang ada, sehingga dinilai kurang efektif.

Hal itu, disampaikan Kepala UPTD Pemali Hulu, Rozikin, usai dikonfirmasi persoalan Jembatan Kali Kuya Cinanas yang belum lama dibangun, namun sudah retak-retak. Bahkan, banyak sawah warga setempat, kanan kiri pun hilang tergerus sungai pasca banjir tiba.

“Memang kewenangan pengairan itu bukan di kami, tapi ada pada kewenanan Dinas PUSDATARU Provinsi Jateng. Kami dari UPTD, hanya berfungsi untuk berkoordinasi saja masalah Sungai,” kata Rozikin, Kamis (20/10/2022), lalu.

Menurut dia, jika melihat dari kondisi jembatannya itu tidak efektif, dan alangkah baiknya, meski jembatannya pendek, untuk sisa jalannya itu ditinggikan dengan sesuai elevasi jembatan. Selain itu, dibuatkan juga gorong-gorong dibawahnya untuk aliran air sungai saat banjir.

“Jika seperti yang kami sarankan itu, mungkin bisa lebih efektif,” ucapnya.

Menurutnya, dinas pengairan itu  kewenangannya hanya pada koordinasi saja, pada permasalah sungainya. Kemudian jika jembatan yang ada semacam gangguan atau ancaman dari aliran sungai, pihaknya tidak bisa menyalahkan sungai, karena karakter sungai di lokasi tersebut memang seperti itu, yang lebar dan tidak berpalung.

“Sebelum ada jembatanpun, orang jalan dan kendaraan bermotor bisa lewat dengan enaknya tanpa gangguan harus naik tebing, saat air kecil,” jelasnya.

Maka dari itu, ia menjelaskan jikapun dibuat pengaman sayap jembatan, tetap saja ketika banjir melanda, jebol dan tidak maksimal. Karena air banjir, akan menghantam sayap dari dalam. Menurutnya, sejak dulu pihaknya mengetahui kondisi sungai, dan jika harus dibuatkan konstruksi pengaman tebing sungai, harus sesuai kondisi awal dan harus panjang.

“Jadi tidak bisa ngikutin sesuai kondisi jembatan yang pendek, dan itu tetap saja tidak akan maksimal nantinya,” jelasnya.

Pihaknya menjelaskan, dalam pembangunan jembatan tersebut, sepertinya tidak adanya konsultasi ke pihak pengairan yang mengetahui dan membidangi persoalan kondisi sungai. Dalam hal ini Dinas PUSDATARU Provinsi Jawa Tengah (Jateng).

“Yang saya tahu itu tidak ada konsultasi ke pengairan kabupaten ataupun Provinsi. Karena, yang sudah-sudah itu, kalau akan ada pembangunan jembatan itu pasti konsultasinya dengan pengairan provinsi,” tukasnya.

Pihaknya menyarankan, untuk koordinasi masalah pembangunan sarana dan prasarana yang bersinggungan dengan sungai, sebaiknya langsung ke Dinas PUSDATARU Provinsi, dan akan lebih memuaskan jawabannya.

“Sebab kewenangannya ada di sana, dan masalan usulan pekerjaan normalisasi juga dialamatkan ke yang berwenang nantinya,” tutupnya.

Sementara itu, Kepala DPUPR Bantar Kawung, Purwono menjelaskan adanya kondisi pembangunan jembatan yang dinilai tidak evektif tersebut, dinas pengairan harus membangun sayap pengarah arus tebing sungai, baik kanan maupun kiri jalan.

“Kanan kiri jalan harus dibuat sayap pengarah aliran sungai dari hulu ke hilir sekitar 4 meteran sebanyak 4 sisi, baru sawah warga dan jembatannya akan aman,” ucap Purwono.

Disinggung adanya pembangunan jembatan yang tidak melihat kondisi sungai, pihaknya mengatakan jika posisi kondisi jalan dilokasi itu juga mencari bentangan terpendek untuk ekonomis anggaran.

“Seharusnya digeser ke kiri, karena pembebasan lahan sawahnya terlalu berat  juga yang punya sawah belum tentu mau, dan otomatis  jalan pindah kesawah warga, dan pihak desa seharusnya pro aktif dengan pihak pengairan,” paparnya.

Ia menjabarkan, kondisi di lokasi jembatan tersebut sama saja diposisi  tikungan aliran sungai. Jadi, ia menyarankan yang dangkal itu semestinya dinormalisasi sungai dulu, karena elevasinya rata dengan tebing sungai.

“Jadi, sepanjang sungai itu harus dinormalisasi dikeruk pakai alat berat,” ujarnya.

Purwono menambahkan, pihaknya hanya sebatas kewenangan membangun pelengkap jalan saja. Namun untuk sayap pengarah aliran sungai itu, kewenangannya ada di Dinas PSDATARU Kabupaten Brebes.

“Dulu waktu banjir kami sudah berkirim surat ke pihak Dinas Pengairan, untuk membuat evasi tebingan sungai sekitar 50 centimeter sampai 1 meteran. Karena, dasar sungai dengan tebingan sungai hampir rata elevasinya, sehingga mengancam sawah warga baik dikanan maupun kiri seperti kondisi saat ini,” tukasnya. (As)

Related posts

Pemdes Kompa Realisasikan Dana Desa, Bangun Infrastruktur Jalan

Pemdes Tajimalela Berkeringat Bersama Warga

Soleh Sohih, Penggerak Literasi Nasional