Jangan Jadikan Desa Sebagai Eksperimen

Mohammad Najib

INFODESAKU – Pemerintah menggelontorkan trilunan rupiah ke desa, belum lagi ribuan tenaga pendamping dikerahkan untuk memfasilitasi agar desa bisa bangkit. BUMN didorong untuk terjun ke desa mengawal agenda besar Republik. BUMDes (Badan Usaha Milik Desa) dipromosikan sebagai rintisan bentuk usaha yang akan merajut kekuatan ekonomi (pasar, potensi dan pelaku usaha) di desa agar bisa meningkatkan kesejahteraan nantinya.

Banyak cerita kemenangan, tetapi jumlah usaha BUMDes yang megap-megap, tak jelas orientasinya dan berpotensi menjadi benalu pun tak kalah banyak. Niat dan investasi yang mulia itu menemui beragam tantangan dan tak perlu kita bahas di sini.

Spirit BUMDes itu adalah menjalankan bisnis yang bertujuan untuk menyelesaikan persoalan-persoalan sosial di masyarakat, bukan menghimpun kekayaan sebesar-besarnya. Istilah kerennya adalah Social Entrepreneurship (Kewirausahaan Sosial). Tiga ciri utama kewirausahaan sosial (sesuai prioritas): (1) doing good- bermanfaat bagi banyak orang, menyelesaikan persoalan-persoalan mereka; (2) contribute to changes- menstimulasi perubahan-perubahan di masyarakat dalam berproduksi sampai dengan bertransaksi; dan (3) making money- memperoleh pendapatan agar usaha yang dijalankan bisa terus beroperasi dan tumbuh.

Sayangnya, banyak desa belum begitu memahami tentang makna kewirausahaan sosial ini, sehingga yang dikejar terus adalah fulus, fulus dan fulus, meskipun mematikan usaha tetangganya. Bayangkan bila konsep ini dipahami dan dijalankan, pemerintah tidak harus terlalu banyak intervensi untuk menalangi persoalan kemiskinan yang porsi terbesarnya ada di desa.

Dengan tumbuhnya BUMDes di mana-mana, Indonesia merupakan negara terbesar di dunia yang melakukan inisiasi kewirausahaan sosial di tingkat desa. China menerapkan TVE (Township Village Enterprise) yang fokus pada profit. Di India, social enterprise di desa tumbuh secara natural- kurang intervensi negara. Di Asean dan sejumlah negara Afrika, social enterprise lebih banyak tumbuh di sektor pariwisata (ecotourism). Indonesia punya lebih dari 74 ribu desa loh.

Dari semua hal yang dibutuhkan untuk membangun BUMDes yang kuat perkasa, adalah pada sisi pendidikan kewirausahaannya. Dibutuhkan ratusan bahkan ribuan “inkubasi social bisnis” yang bukan hanya menjadikan BUMDes terkelola dengan baik, tetapi juga memiliki pasar yang terus tumbuh. Sinergi dengan startup-startup digital di sektor pertanian, peternakan dll juga penting. Akhirnya, anak muda desa dan kota lah yang akan menciptakan kekuatan ekonomi negri. Amin YRA.

*Rangkuman dari presentasi saya pada Rapat Koordinasi Daerah Millenium Challenge Account-Indonesia (MCA-I) yang dihadiri para pejabat dari Sumatera Barat, Riau dan Jambi di Padang, 30 Januari 2018.

Oleh : Mohammad Najib (Pendiri PT. Usahadesa-berdesa.com)

Related posts

Peringati Hari Kebangkitan Nasional, Camat Bilang Begini

Pemdes Bantar Jati Bersama Masyarakat Laksanakan BBGRM XX 2023 di Dua Titik

Ini Kata Kades Agom Maryono Di Akhir-Akhir Jabatannya