Ikhtiar Larung Sesaji Berharap Wabah COVID-19 Berakhir

MOJOKERTO, INFODESAKU – Setidaknya terdapat satu kepala sapi dan kambing beserta sesaji lain di hanyutkan oleh kelompok adat Mojopahit di Kab. Mojokerto di sungai brantas Desa Mlirip, Kecamatan Jetis, Kabupaten Mojokerto. Kegiatan larung sesaji itu dilakukan sebagai bentuk ikhtiar memutus mata rantai penyebaran Covid-19. Pada Sabtu (25/04).

Informasi yang dihimpun wartawan Infodesaku, sebelum ritual larung sesaji di hanyutkan, terlebih dulu umat lintas agama secara bergantian memimpin do’a dengan cara yang berbeda- beda, sesuai keyakinan mereka masing-masing.

Ki Purbo Diningrat, Pembina Pemangku Adat Budaya Nusantara mengatakan, sesaji yang dilarung ada empat perkara yaitu elemen air, api, udara dan tanah.

“Mengapa ada sesaji? Saat ini alam sedang bergejolak karena corona kita kembalikan lagi lewat paweton alam juga. Sesaji seperti dupa, kembang, kepala kambing dan sapi dilarung di Sungai Brantas,” ujarnya.

Menurutnya, kegiatan ini bertujuan sebagai ikhtiar untuk menolak balak. Dimana saat ini Indonesia, khususnya Mojokerto sedang dilanda bencana non alam yakni Virus Corona.

”Sesaji ruw)atan murwoh kulo agung tujuannya hanya satu. Khusus morwoh kulo alam. Angin, Banyu, Geni, Lemah. Tujuannya untuk menolak sengkolo besar didalam suatu negara,” katanya.

Saat ini alam sedang bergejolak dengan adanya wabah penyakit ini. Sehingga pihaknya melakukan ritual lewat paweton alam juga. Seperti menebar wewangian, membakar dupa dan menebar kembang.

Sementara sesaji untuk ruating angin. ”Intinya untuk menitralisir wabah virus yang saat ini sedang berkembang ini,” tuturnya.

Disinggung terkait dua simbol kepala sapi dan kambing yang merupakan sesajian paling tampak, dia menjelaskan bahwa tidak sembarangan sapi. Melainkan harus memenuhi kreteria untuk penolak balak. Yakni warnanya harus mulus. ”Dua simbol tersebut sebagai penolak wabah besar dan menolak wabah kecil,” tegasnya.

Sementara itu, Ian Kurnianto (40) salah satu budayawan yangengikuti kegiatan inj mengatakan, alasan larung sesaji dan doa lintas agama ini digelar di sungai brantas agar virus corona bisa diberantas oleh Allah SWT.

“Kami gelar di sungai brantas ini bukan di laut agar bisa memberantas wabah corona ini atas izin Allah SWT dari negara Indonesia ini,” pungkasnya.(edw)

Laporan : Edy Wienarno

Related posts

Salurkan BLT DD, Kades Sindangjawa: Gunakan Untuk Kebutuhan Pokok

Kades Ciketak Pastikan Penyaluran BLT DD Tepat Sasaran

Pemdes Tengkujuh Mengadakan Pembinaan Aparatur Terkait Administrasi Desa